Skip to content Skip to footer

Payung Lukis Juwiring

ClientClient nameYear2025AuthorAuthor nameShare

Dari Sakralitas Keraton ke Dekorasi Estetik Nusantara

Di tengah perkembangan zaman dan tren kreatif modern, kerajinan payung lukis dari Juwiring, Klaten, tetap memancarkan pesonanya yang klasik dan anggun. Berasal dari Dukuh Gumantar, Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, payung lukis ini bukan sekadar pelindung dari panas dan hujan, melainkan kanvas budaya yang memuat nilai sejarah, spiritualitas, dan estetika tinggi.

Akar Tradisi dari Keraton Surakarta

Kerajinan ini telah ada sejak tahun 1960-an, diciptakan oleh para perajin lokal yang memiliki keterkaitan kuat dengan budaya Keraton Kasunanan Surakarta. Pada masa itu, payung lukis digunakan sebagai bagian dari perlengkapan upacara kematian dan ritual adat, khususnya untuk mengiringi jenazah bangsawan atau tokoh penting dalam prosesi penghormatan terakhir.

Fungsi sakral dari payung lukis ini menunjukkan posisi pentingnya dalam sistem kepercayaan dan budaya Jawa. Warna, motif, dan cara membawanya memiliki makna tersendiri, yang tidak boleh asal digunakan. Dalam upacara adat, payung menjadi simbol perlindungan spiritual dan penghormatan kepada arwah.

Teknik dan Bahan: Simfoni Kain, Bambu, dan Tangan Terampil

Kerajinan ini menggunakan bahan utama berupa kain sebagai media lukis, serta rangka bambu sebagai penopang strukturnya. Kain tersebut dibentangkan secara simetris pada rangka bambu, lalu dihias dengan lukisan manual yang memerlukan ketelitian dan cita rasa seni tinggi.

Motif-motif yang digunakan sering kali menampilkan ikonografi tradisional Jawa, seperti bunga sepatu, burung merak, gunungan wayang, serta ornamen geometris yang sarat filosofi. Warna-warna cerah dipadukan dengan garis halus untuk membentuk komposisi yang elegan dan berjiwa.

Proses pembuatannya bisa memakan waktu beberapa hari hingga satu minggu tergantung kerumitan motif dan ukuran payung. Tidak hanya keterampilan teknik, tetapi juga pemahaman budaya diperlukan agar motif yang dihasilkan tidak sekadar indah, tapi bermakna.

Transformasi Fungsi: Dari Upacara Adat ke Dekorasi Estetik

Seiring perkembangan zaman, fungsi payung lukis pun mengalami transformasi. Dari yang awalnya hanya digunakan dalam ritual adat, kini berkembang menjadi objek dekoratif yang banyak digunakan untuk hiasan panggung, dekorasi pesta, hotel, kafe tematik, hingga suvenir pernikahan.

Kreativitas para perajin Juwiring tidak berhenti pada pelestarian tradisi, tetapi juga menyentuh pasar modern yang haus akan produk etnik dan artistik. Berbagai inovasi dilakukan—baik dalam skema warna, ukuran, maupun bentuk—tanpa menghilangkan esensi lokalitasnya.

Payung lukis dari Juwiring kini bahkan telah dipamerkan dalam berbagai pameran kerajinan nasional, menjadi kebanggaan Klaten dan contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat berkembang seiring tren ekonomi kreatif.

Warisan Budaya yang Harus Dijaga

Di tengah maraknya produksi massal, kerajinan payung lukis ini tetap mempertahankan prinsip handmade dan warisan turun-temurun. Pemerintah daerah serta komunitas kreatif di Klaten terus berupaya mendampingi para perajin melalui pelatihan, promosi digital, dan fasilitasi pemasaran.

Kerajinan ini bukan hanya soal nilai ekonomi, tetapi juga penjaga identitas budaya. Di balik tiap goresan kuas di atas payung, tersimpan cerita panjang tentang perjalanan budaya Jawa yang adaptif, kreatif, dan selalu relevan.